Lembaga Kawasan Sain dan Teknologi (LKST) IPB University bersama Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI), Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) mengadakan Pelatihan Penulisan dan Penyusunan Spesifikasi Dokumen Paten. Pelatihan ini digelar dalam rangka Patent Examiners Go To Campus yang ditujukan bagi lebih dari 60 inovator yang terdiri dari dosen dan mahasiswa IPB University. Kegiatan tersebut diselenggarakan Kamis (13/7) di IPB International Convention Center, Bogor.

Dr Tri Prartono, Wakil Kepala LKST bidang Inovasi dan Alih Teknologi mengatakan bahwa IPB University sudah melakukan banyak penelitian dan mengembangkan teknologi. “IPB University sebagai salah satu perguruan tinggi dituntut untuk memberikan sumbangsih berupa inovasi yang dapat digunakan dan dikomersialisasikan di masyarakat,” katanya. 

Ia menambahkan, LKST IPB University setiap tahun melaksanakan kegiatan register kekayaan paten bagi para inovator. “Pada hari ini LKST IPB University telah mengumpulkan 60 manuskrip dan akan dilakukan pelatihan selama 10 hari untuk pembekalan dan pendampingan para inovator,” ungkap Dr Tri.

Direktur Hak Cipta dan Desain Industri DJKI, Anggoro Dasananto yang hadir pada kegiatan tersebut menjelaskan bahwa salah satu akreditasi instrumen di perguruan tinggi mensyaratkan jumlah permohonan kekayaan intelektual (KI) sebagai salah satu parameter untuk menilai akreditasi.

“Paten ini sesuatu yang bersifat inovasi. Dengan adanya sistem paten, maka seluruh inovasi dapat dihilirisasikan dan dapat dikomersialisasikan sehingga tidak hanya mengejar akreditasi. Jumlah permohonan paten dari IPB University saat ini ada 241, lebih meningkat dari sebelumnya,” ujarnya.

Kepala LKST IPB University, Prof Erika B Laconi mengatakan bahwa LKST IPB University dibentuk untuk menjembatani antara inovator dan pasar untuk dikomersialisasikan produk inovasinya.

“LKST IPB University tidak pernah berhenti untuk selalu menggerakkan para inovator supaya terus meningkatkan kualitas karya intelektual, sehingga tidak ada dosen yang memasarkan produk inovasinya sendiri. Kami ingin dosen dan mahasiswa untuk terus menggerakan startup,” ungkap Prof Erika.

Ia menegaskan bahwa dosen dan mahasiswa harus bisa dihargai dalam bidang kepakaran dan penelitiannya, sehingga seluruh kekayaan intelektual mereka dapat dihilirasikan. Dengan demikian, hasil karya mereka bisa bermanfaat bagi masyarakat dan dapat tersebar luas.

Pada saat pemaparan materi, Ir Alex Rahman menjelaskan materi Pengenalan Sistem dan Manajemen KI. “Sejalan dengan otonomi dalam pengelolaan perguruan tinggi, peranan sistem KI tidak dapat lagi dikesampingkan. Perguruan tinggi diharapkan dapat lebih berinteraksi dengan industri, lembaga pemerintah dan nonpemerintah,” jelasnya.

Selain itu, Alex juga menjelaskan untuk membiasakan diri menggunakan informasi paten. Hal itu berguna untuk menggali ide baru dalam menciptakan karya kreatif sebagai strategi untuk menyiapkan dan memproses hasil penelitian menjadi paten.

Narasumber lainnya, Ir Lidya Winarsih memaparkan materi terkait penyusunan dan penulisan spesifikasi dokumen paten. Ia menyebutkan beberapa poin mengenai pentingnya penulisan spesifikasi paten.

“Penulisan spesifikasi paten penting digunakan untuk permohonan paten untuk selanjutnya kantor paten memeriksa permohonan tersebut. Permohonan dapat dianggap ditarik kembali jika tidak memenuhi syarat fisik dan tidak ditulis secara jelas dan lengkap,” ujar Ir Lidya. (Lp/Rz)