c et chic: Inovasi Dosen IPB University untuk Turunkan Kasus Karies di Indonesia
c et chic: Inovasi Dosen IPB University untuk Turunkan Kasus Karies di Indonesia
Perhatian terhadap kesehatan gigi dan mulut tidak jarang sering terlewatkan. Adanya gangguan pada gigi dan mulut akan menyebabkan gangguan pada kehidupan sehari-hari. Seperti menurunnya kesehatan secara umum, menurunkan kepercayaan diri dan mengganggu performa kehidupan sehari-hari. Penyakit gigi yang umum terjadi adalah karies. Di Indonesia, kasus karies pada gigi dapat dikatakan cukup tinggi.
Dr Yessie Widya Sari, Dosen Departemen Fisika IPB University bersama Dr Wulan Tri Wahyuni, Dosen Departemen Kimia yang juga peneliti di Pusat Studi Biofarmaka Tropika (Trop BRC) IPB University membuat inovasi yang dinamakan pasta gigi “c et chic”. Penemuan pasta gigi ini tergabung dalam Riset Inovatif Produktif (Rispro) Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan.
“Gaya hidup masyarakat belakangan ini memiliki kecenderungan untuk banyak mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat men-trigger karies gigi. Di antaranya adalah makanan yang manis dan asam. Departemen Fisika, Departemen Kimia dan Pusat Studi Biofarmaka Tropika ada keinginan untuk meminimalisir kasus karies di Indonesia,” ujar Dr Yessie.
Dikatakannya, c et chic adalah suatu inovasi yang terbuat dari dua kombinasi nano hidroksiapatit dan rimpang temu hitam. “Pasta gigi yang kami hasilkan ini mengandung triple action yaitu senyawa yang mampu melakukan remineralisasi, sebagai anti bakteri, dan sebagai anti plak gigi. Senyawa gigi memiliki karakter yang analog dengan mineral tulang manusia. Keberadaan nano hidroksiapatit akan mampu menutup lubang-lubang yang ada pada gigi. Triple action dari kombinasi nano hidroksiapatit dan minyak atsiri rimpang temu hitam ini seluruhnya berasal dari dalam negeri, sehingga tidak perlu bergantung pada pasokan impor,” tuturnya.
Ia menjelaskan, proses pembuatan pasta c et chic sendiri terdiri atas tiga tahap, yaitu pembakaran cangkang telur menggunakan tungku pembakaran untuk menghasilkan kalsium oksida. Kemudian mencampurkan kalsium hasil pembakaran dengan senyawa fosfat untuk menghasilkan nano hidroksiapatit.
“Tahap kedua adalah proses destilasi rimpang temu hitam untuk memperoleh minyak atsiri. Dan pada tahap terakhir campurkan nano hidroksiapatit dengan minyak rimpang temu hitam ke dalam bahan utama pasta gigi sehingga menghasilkan pasta gigi c et chic,” jelasnya.
Ia mengklaim, pasta gigi c et chic memiliki kelebihan dibandingkan dengan pasta gigi komersial yang ada di pasaran. Yaitu dari rimpang temu hitam dan nano hidroksiapatit dari cangkang telur. “Diharapkan dengan inovasi c et chic dapat menurunkan jumlah angka karies di Indonesia. Apabila ini tercapai maka mampu meningkatkan hidup masyarakat Indonesia,” tandasnya. (SMH/Zul)