Blog

IPB University Kembangkan IPB Jabar Innovation Valley di Jonggol

IPB University Kembangkan IPB Jabar Innovation Valley di Jonggol

Jajaran pimpinan IPB University melakukan kunjungan lapang ke Kawasan Kebun Pendidikan Jonggol, Kabupaten Bogor, (08/08). Dalam kunjungan ini, Rektor IPB University, Prof Arif Satria mengatakan bahwa sebentar lagi kawasan Kebun Pendidikan Jonggol akan dijadikan sebagai IPB Jabar Innovation Valley.

“Kawasan ini memiliki fungsi untuk pendidikan, penelitian, learning center untuk para petani, peternak dan pembudidayaan ikan serta untuk wisata dan kepentingan bisnis. Kawasan seluas 250 hektar ini milik IPB University,” ucapnya. Menurutnya, IPB Jabar Innovation Valley akan menjadi etalase inovasi-inovasi IPB University. Terutama untuk inovasi yang unggul dalam bidang peternakan, pakan ternak, perkebunan sawit, industri cassava serta produk lain seperti hortikultura baik buah maupun sayur. Kebun ini akan menjadi kawasan pusat pertanian di Jawa Barat.

Dalam kesempatan ini, Prof Edi Santosa, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB University menyampaikan pengembangan Teknologi Budidaya IPB Prima untuk cassava/singkong yang sudah diterapkan di Kebun Pendidikan Jonggol. Menurutnya, teknologi ini juga sudah memanfaatkan sistem pertanian presisi. Presisi yang pertama adalah presisi dalam mekanisasi. Semua kegiatan budidaya dimulai dari pengolahan tanah, aplikasi pupuk, pemeliharaan tanaman yang lain dan panen menggunakan mekanisasi. Kedua, presisi bibit dan varietas. Ketiga, presisi bahan organik dan pupuk.

“Cassava menyerap unsur hara yang banyak sehingga membutuhkan suplai nutrisi dalam jumlah yang cukup dengan kuantitas yang presisi. Keempat, presisi irigasi dengan menyediakan fasilitas embung untuk mencukupi kebutuhan tanaman di setiap tahap pertumbuhannya. Kelima adalah presisi di dalam pengelolaan hama penyakit,” jelas Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University ini. Menurutnya budidaya tanaman cassava membutuhkan pengelolaan yang baik. Produksi nasional mencapai 23,4 ton per hektar untuk waktu 7-8 bulan. “Dengan menggunakan Teknologi IPB Cassava Prima ini kita harapkan bisa panen dengan produktivitas lebih dari 40 ton per hektar dengan umur panen 6-7 bulan. Pengaturan input serta manajemen yang presisi itu yang membedakan dengan produksi di tempat lain,” ucapnya.

Prof Luki Abdullah, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University pada kesempatan ini menyampaikan tentang inovasi Sorinfer yang dirancang sebagai pakan komplit fermentasi berbahan sorgum dan Indigofera. Menurutnya, perpaduan sorgum (sumber high available energy) dan indigofera (sumber high utility protein) menghasilkan ransum dengan imbangan energi protein yang ideal. Sorinfer dapat disimpan hingga enam bulan tanpa mengubah kualitas pakan. Sehingga dapat dijadikan sebagai pakan cadangan untuk menghadapi musim kemarau atau pakan darurat jika terjadi bencana alam. “Sorinfer sudah diproduksi secara terbatas dengan sistem yang terintegrasi dalam lini produksi di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol milik IPB University. Secara teknis, Sorinfer bisa dibuat sesuai alur industri. Yaitu meliputi suplai bahan baku sorgum dan indigofera, proses pencacahan dengan ukiran tertentu sesuai hasil penelitian, proses pelayuan hingga mencapai kadar air yang diinginkan, formulasi sesuai dengan kebutuhan nutrient ternak, tahap pencampuran hingga semua bahan homogen. Terakhir adalah proses pengemasan yang kedap udara hingga terjadi proses fermentasi anaerob yang stabil dan proses distribusi,” ucapnya. (Dimas/Zul)

Sumber : IPB University Kembangkan IPB Jabar Innovation Valley di Jonggol