Rektor IPB Kenalkan Techno-Sociopreneurship dengan QS pada Podcast Percakapan
Rektor IPB Kenalkan Techno-Sociopreneurship dengan QS pada Podcast Percakapan
Pada 29 November 2021, Prof Arif Satria, Rektor IPB University, berbicara sebagai tamu undangan dalam Episode 14 dari QS In Conversation Podcast yang diselenggarakan oleh QS Quacquarelli Symonds, penyedia analitik terkenal di dunia untuk pendidikan tinggi yang dikenal luas untuk diterbitkan setiap tahun. Peringkat Universitas Dunia QS. Topik diskusi seputar tema Techno-sociopreneurship: Digitalised Innovation dan dibawakan oleh Anton John Crace, Editor dan Program Designer QS Quacquarelli Symonds.
Prof Arif mengawali pembicaraan dengan menjelaskan bagaimana IPB University menerapkan techno-sociopreneurship, dimulai dengan penciptaan fondasi yang kuat dalam bisnis perusahaan melalui pemanfaatan teknologi. Kewirausahaan sosial itu sendiri didirikan berdasarkan pengetahuan yang dikembangkan dari masalah dan tantangan sosial yang dihadapi masyarakat.
Sebagian besar implementasi Techno-Sociopreneurship IPB dilakukan melalui taman ilmiahnya, seperti Science Techno Park dan Agribusiness and Technology Park. Science Techno Park IPB University didirikan untuk menjembatani Universitas dan industri IPB dalam mengkomersilkan inovasi universitas melalui outlet, termasuk 15 pusat perbelanjaan. Contoh inovasi tersebut adalah padi varietas 3S dan pepaya Calina yang diekspor sekaligus dibudidayakan oleh petani di 26 provinsi di Indonesia. Sedangkan Agribusiness Technology Park menjalin kemitraan antara IPB University dengan petani lokal untuk memasok produk hortikultura untuk 47 supermarket di Jakarta dan Bogor. Taman ini juga mempromosikan program One Village One CEO bagi lulusan baru untuk meningkatkan setiap desa melalui teknologi, yang sudah diterapkan di 300 desa. Tantangan yang dihadapi pemasaran produk inovatif saat ini adalah penurunan penjualan yang dipicu oleh pandemi COVID-19. Untuk mengatasi hal ini, IPB University telah membuka saluran e-commerce untuk produknya dan telah menghadapi peningkatan penjualan yang sangat besar melalui metode ini.
Dengan pembahasan tentang kewirausahaan, faktor yang secara alami muncul dalam diskusi adalah ketahanan bisnis dan bagaimana siswa harus diajari untuk menghadapi kerugian yang datang seiring dengan menjalankan bisnis. IPB University membina wirausahawan masa depan dengan pola pikir menciptakan wirausahawan by design bukan kebetulan. Hal ini dilakukan melalui talent-mapping saat mahasiswa baru memulai perjalanan pendidikan tinggi mereka di IPB University, diikuti dengan kursus khusus untuk merangsang proaktif, percaya diri, dan mindset berkembang pada mahasiswa. Pada tahun kedua dan ketiga studi, mahasiswa kemudian dihadapkan pada mata kuliah perencanaan bisnis, persiapan bisnis, dan mendapatkan pengawasan dari universitas untuk memastikan kelancaran awal pendirian bisnis mahasiswa, dilanjutkan dengan inkubasi bisnis yang diadakan pada tahun terakhir. dari belajar.
Selain Techno-Sociopreneurship, IPB University juga mengusung konsep unik Agromaritime 4.0 yang mengintegrasikan teknologi ke dalam pertanian dan maritim guna mengisi gap antara potensi Indonesia dengan agenda penelitian pertanian saat ini yang lebih fokus di darat ketimbang maritim. Melalui konsep ini, para peneliti bekerja dengan berbagai pemangku kepentingan di seluruh negeri untuk mengatasi masalah agromaritim dengan teknologi, memungkinkan siswa untuk belajar tentang praktik teknologi baru juga. Namun, seperti halnya konsep baru lainnya, terdapat tantangan yang dihadapi dalam pengenalan konsep Agromaritime 4.0, salah satunya terkait dengan penerimaan masyarakat lokal. Oleh karena itu, aspek sosial dari sebuah teknologi baru harus dipertimbangkan sebelum diperkenalkan kepada masyarakat, terutama dengan potensi pengangguran di desa-desa. Solusinya terletak pada pemilihan lokasi yang menghadapi masalah kelangkaan tenaga kerja. Masalah ini mungkin terbukti lebih umum di masa depan karena kurangnya regenerasi di bidang pertanian karena anak-anak petani memilih untuk mengejar karir yang berbeda.
Masalah lain yang muncul dengan memperkenalkan penggunaan teknologi secara luas adalah biayanya yang tinggi. Di sinilah kolaborasi berperan. IPB University secara aktif mendorong pemerintah daerah untuk menyediakan unit layanan penyuluhan untuk peminjaman teknologi baru kepada petani. Jalur alternatif untuk teknologi yang lebih murah adalah dengan menggunakan smartphone milik petani sendiri, misalnya dalam pendeteksian penyakit tanaman dan identifikasi pasar potensial. Menutup podcast ini, Prof Arif menyampaikan bahwa peningkatan investasi di bidang pertanian hingga modernisasi pertanian dan peningkatan efisiensi menjadi kunci untuk mendukung petani melangkah ke tahap selanjutnya. Inovasi besar-besaran dan terjangkau harus dilaksanakan untuk pemanfaatan sumber daya hayati yang berkelanjutan dan optimal. Dengan penggunaan teknologi, inovasi dengan semangat kewirausahaan, Indonesia mengubah pertaniannya menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.
Sumber : Rektor IPB University Kenalkan Techno-Sociopreneurship dengan QS Dalam Podcast Percakapan