Rumpon Portable Inovasi Peneliti IPB University, Lebih Menguntungkan & Ramah Lingkungan
Rumpon Portable Inovasi Peneliti IPB University, Lebih Menguntungkan & Ramah Lingkungan
Nelayan kini bisa bernapas lega karena tidak perlu repot lagi menggunakan rumpon tradisional. Nelayan tidak perlu membeli tali dengan panjang ribuan meter, menggunakan banyak daun kelapa atau daun atraktor lain, pelampung serta pemberat ratusan kilogram untuk mengumpulkan ikan.
IPB University punya inovasi rumpon portable. Inovasi ini telah dikembangkan oleh tim peneliti dari Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) yang diketuai oleh Dr Roza Yusfiandayani. Inovasi ini merupakan solusi rumpon yang lebih hemat, menguntungkan dan ramah lingkungan.
Rumpon portable dengan merk dagang eFAD (electronic Fish Aggregating Device) merupakan pengembangan rumpon yang menggunakan frekuensi suara untuk memikat ikan agar berkumpul. Riset dasarnya telah dimulai sejak 2013 dan kini telah dikomersialisasikan di bawah perusahaan start up PT Sahabat Nelayan Indonesia. Perusahaan start up yang dikelola oleh alumni-alumni IPB University ini dibentuk atas pendanaan Perusahaan Pemula Berbassis Teknologi (PPBT) dan telah diinkubasi oleh Science Techno Park IPB University.
Menurut Dr Roza, eFAD berfungsi sebagai alat pemikat ikan bernilai ekonomis tinggi seperti tuna sirip kuning, cakalang, marlín, tenggiri dan lainnya. Dibandingkan dengan rumpon tradisional, eFAD ini tentu lebih unggul dari berbagai sisi. Rumpon ini berbentuk koper khusus, ringkas, dan praktis untuk dibawa, dapat menyala otomatis di dalam air serta menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan.
“Rumpon portable ini ramah lingkungan karena dapat menghemat bahan bakar minyak dan mudah dipindah-pindahkan. Selain itu, atraktor suaranya menggunakan bahan-bahan yang memiliki daya tahan lebih lama, tidak seperti rumpon tradisional menggunakan dedaunan yang harus selalu ditambahkan setiap bulan,” jelas Dr Roza.
Ia menjelaskan, hasil penelitian dari tahun 2013 hingga 2020 menemukan bahwa penangkapan ikan menggunakan eFAD menghasilkan keuntungan tinggi. Penelitian dan uji coba ini dilakukan di perairan Palabuhanratu, Banten, Aceh, Jepara, Belitung, Lampung, Kalimantan, Gorontalo, hingga Papua. Nelayan dapat menghemat biaya operasional dan pendapatannya juga meningkat secara signifikan.
“Penelitian di tahun 2018 di Perairan Aceh Utara mengungkapkan hasil tangkapan naik hingga 45,88 persen, nelayan menghemat hingga 43,35 persen dan keuntungan naik hingga 48 persen. Di Perairan Banten, pendapatan nelayan juga naik sebesar 21,37 persen dengan eFAD lebih efektif sebesar 54 persen,” paparnya.
Menurutnya, sejak awal penjualan (di tahun 2019), eFAD banyak diminati nelayan. Pada tahun 2019, 11 unit telah terjual dan kini beberapa pengusaha dan nelayan di Kalimantan dan Sulawesi juga memesan total 25 unit. Keuntungan ini juga dirasakan nelayan dibandingkan penggunaan rumpon menetap yang dapat menghabiskan ratusan juta untuk pembuatan satu unit rumpon menetap.
“Nelayan Purse Seine di Provinsi Lampung bahkan memberikan testimoni yang positif. Rumpon portable dinilai sangat canggih dan memberikan hasil tangkapan ikan layur hingga empat kwintal. Padahal satu hingga tiga hari sebelum pemakaian, nelayan hanya bisa mendapatkan maksimal 50 kilogram ikan,” tuturnya.
Ia menambahkan, rumpon portable juga telah mendapatkan segudang prestasi dan penghargaan. Dalam dialog di puncak Hari Kebangkitan Nasional Agustus 2021 lalu, inovasi ini terpilih untuk diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Sebelumnya, rumpon ini juga terpilih sebagai salah satu dari 10 inovasi unggulan se-Indonesia versi Kemendikbudristek tahun 2018. Prestasi internasional juga telah banyak diraih, salah satunya sebagai peraih medali perak pada I-ENVEX (International Engineering and Innovation) dari University Malaysia Perlis di tahun 2016.
Ia menyebutkan pengembangan lebih lanjut dan rencana hilirisasi ke nelayan secara luas di Indonesia telah dilakukan dengan pendanaan melalui Program Matching Fund dengan mitra industri PT Arabikatama Khatulistiwa Fishing Industri. Pengembangan rumpon ini berfokus pada kapasitas pemakaian baterai dari hanya enam jam, sekarang dapat digunakan tanpa batas waktu dengan penambahan panel sel surya.
“Rumpon ini juga akan menggunakan wifi ecosounder untuk mendeteksi kumpulan ikan di bawah perairan dan dapat dilihat secara langsung melalui smartphone. Data-datanya juga akan tersimpan otomatis di dalam Smartphone sehingga dapat memudahkan nelayan dalam melakukan penangkapan ikan di sekitar rumpon. (MW/Zul)